SOAL B
1. Keiretsu adalah
sebuah istilah bahasa
Jepang untuk menggambarkan para
pemasok yang menjadi bagian dari sebuah perusahaan.
2. Model
probabilistik adalah model statistik yang berlaku saat permintaan produk atau
variabel lain yang tidak diketahui
3. Input
MRP
Input yang dibutuhkan dalam konsep MRP, yaitu sebagai
berikut :
a.
Master Production Schedule,
merupakan ringkasan skedul produksi produk jadi untuk periode mendatang yang
dirancang berdasarkan pesanan pelanggan atau peramalan permintaan. JIP berisi
perencanaan secara mendetail mengenai jumlah produksi yang dibutuhkan untuk
setiap produk akhir beserta periode waktunya untuk suatu jangka perencanaan
dengan memperhatikan kapasitas yang tersedia. Sistem MRP mengasumsikan bahwa
pesanan yang dicatat dalam JIP adalah pasti, kendatipun hanya merupakan
peramalan.
b.
Inventory Master File atau
Inventory Status Record, merupakan catatan keadaan persediaan yang
menggambarkan status semua item yang ada dalam persediaan yang berkaitan
dengan:
·
Jumlah persediaan yang
dimiliki pada setiap periode (on hand inventory).
·
Jumlah barang yang sedang
dipesan dan kapan pesanan tersebut akan datang (on order inventory).
·
Lead time dari setiap bahan.
c.
Bill Of Material, merupakan
kaitan antara produk dengan komponen penyusunnya yang memberikan informasi
mengenai daftar komponen, campuran bahan dan bahan baku yang diperlukan untuk
membuat produk. BOM juga memberikan deskripsi, penjelasan dan kuantitas dari
setiap bahan baku yang diperlukan untuk membuat satu unit produk.
4. Variasi proses produksi:
·
Proses produksi
terus-menerus
Proses produksi terus-menerus adalah proses produksi
barang atas dasar aliran produk dari satu operasi ke operasi berikutnya tanpa
penumpukan disuatu titik dalam proses. Pada umumnya industri yang cocok dengan
tipe ini adalah yang memiliki karakteristik yaitu output direncanakan dalam
jumlah besar, variasi atau jenis produk yang dihasilkan rendah dan produk
bersifat standar.
·
Proses produksi
terputus-putus
Produk diproses dalam kumpulan produk bukan atas dasar aliran
terus-menerus dalam proses produk ini. Perusahaan yang menggunakan tipe ini
biasanya terdapat sekumpulan atau lebih komponen yang akan diproses atau
menunggu untuk diproses, sehingga lebih banyak memerlukan persediaan barang
dalam proses.
5. MTBF
(Mean Time Between Failure) yang menunjukkan tentang seberapa
handalnya peralatan / mesin operasi dalam menghasilkan produk, yang dilihat
dari waktu rata-rata peralatan/mesin itu akan berfungsi mulai dari satu
repair/kerusakan sampai ke repair/kerusakan berikutnya.
Salah satu aspek mutu yang kita kenal adalah
"kehandalan". Arti "Kehandalan" adalah suatu produk dapat
digunakan/berfungsi dengan baik selama periode waktu tertentu tanpa mengalami
kerusakan. Misalnya bagian R&D perusahaan bola lampu melakukan suatu
pengujian terhadap kehandalan 100 buah bola lampu hasil produksi, dari hasil
pengujian 90 buah bola lampu menyala selama 1000 jam dan 10 buah bola lampu
mengalami kegagalan. Dari hasil pengujian ini dapat dikatakan bahwa bola lampu
itu akan berfungsi/menyala rata-rata selama kurang lebih 1000 jam. Rata-rata
kerusakan bola lampu dari satu kerusakan sampai kerusakan berikutnya dapat juga
dikatakan sebagai Mean Time Between Filure (MTBF). Semakin lama MTBF, semakin
handal bola lampu itu, Semakin handal bola lampu itu berarti semakin
BERKUALITAS.
Berdasarkan kasus diatas penggunaan indek MTBF sebenarnya tidak hanya dipakai pada saat implementasi TPM saja yaitu untuk melihat kehandalan suatu peralatan/mesin, tapi dapat juga digunakan untuk melihat kehandalan/kulitas suatu produk.
Berdasarkan kasus diatas penggunaan indek MTBF sebenarnya tidak hanya dipakai pada saat implementasi TPM saja yaitu untuk melihat kehandalan suatu peralatan/mesin, tapi dapat juga digunakan untuk melihat kehandalan/kulitas suatu produk.
Indek MTBF bukan hanya dimanfaatkan oleh bagian
Maintenance saja tetapi dapat juga dimanfaatkan oleh bagian yang lain.
Misalnya bila suatu spare part mesin dikatakan MTBF nya 10.000 km, apa yang harus dilakukan oleh bagian perencanaan produksi ? apa yang harus dilakukan oleh bagian maintenance ? Apa yang harus dilakukan oleh bagian Persediaan ? Apa yang harus dilakukan oleh bagian Pembelian ? Pertanyaan-pertanyaan ini dapat mengungkapkan apa arti dari indek MTBF.
Suatu indek tidak akan berarti apabila kita sebagai penggunanya tidak tahu apa saja maksud-maksud yang tergantung didalam indek itu. Sehingga kita akan membiarkan informasi itu berlalu tanpa melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan. Apa yang akan terjadi selanjutnya ? Kerugian bagi perusahaanlah yang akan muncul silih berganti akibat dari kualitas yang dihasilkannya rendah, penurunan hasil produksi, kerusakan-kerusakan mesin, biaya spare part yang tinggi dan lain sebagainya.
SOAL A
1. Perbedaan Keiretsu dan Integrasi Vertikal
·
Integrasi vertikal (vertical
integration).
Integrasi vertikal (vertical integration) berarti
mengembangkan kemampuan untuk memproduksi barang atau jasa yang sebelumnya
dibeli atau membeli perusahaan pemasok atau distributor.
·
Jaringan Keiretsu (Keiretsu networks).
Keiretsu
adalah sebuah istilah
bahasa Jepang untuk menggambarkan para pemasok yang menjadi
bagian dari sebuah perusahaan.
2. Service
level mempunyai pengertian tingkat pemenuhan atas permintaan produk, dimana
semakin tinggi tingkat pemenuhan berarti semakin tinggi service level yang
dicapai oleh perusahaan. Adapun pada umumnya untuk mendapatkan service level yang tinggi harus disertai
dengan tingkat persediaan yang tinggi pula
3. Proses
MRP
Langkah–langkah dasar dalam penyusunan MRP, yaitu antara
lain:
Netting, yaitu proses perhitungan jumlah kebutuhan bersih
untuk setiap periode selama horison perencanaan yang besarnya merupakan selisih
antara kebutuhan kotor dengan jadwal penerimaan persediaan dan persediaan awal
yang tersedia.
Lotting, yaitu penentuan besarnya ukuran jumlah pesanan
(lot size) yang optimal untuk sebuah item berdasarkan kebutuhan bersih yang
dihasilkan.
Offsetting, yaitu proses yang bertujuan untuk menentukan
saat yang tepat melaksanakan rencana pemesanan dalam pemenuhan kebutuhan
bersih. Penentuan rencana saat pemesanan ini diperoleh dengan cara mengurangkan
kebutuhan bersih yang harus tersedia dengan waktu ancang-ancang (lead time).
Exploding, merupakan proses perhitungan dari ketiga
langkah sebelumnya yaitu netting, lotting dan offsetting yang dilakukan untuk
komponen atau item yang berada pada level dibawahnya berdasarkan atas rencana
pemesanan.
4. Quality
Control Circle adalah sejumlah karyawan terdiri dari 3-7 orang dengan
pekerjaan yang sejenis yang bertemu secara berkala untuk membahas dan
memecahkan masalah-masalah pekerjaan dan lingkungannya dengan tujuan
meningkatkan mutu usaha dengan menggunakan perangkat kendali mutu
Tujuan Umum QCC
1. Meningkatkan keterlibatan karyawan anggota pada
persoalan-persoalan pekerjaan dan paya pemecahannya.
2. Menggalang kerjasama kelompok (teamwork) yang
lebih efektif.
3. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.
4. Meningkatkan pengembangan pribadi dan
kepemimpinan.
5. Menanamkan kesadaran tentang pencegahan masalah.
6. Mengurangi kesalahan-kesalahan dan meningkatkan
mutu kerja.
7. Meningkatkan motivasi karyawan.
8. Meningkatkan komunikasi dalam kelompok.
9. Menciptakan hubungan atasan-bawahan yang lebih
serasi.
10. Meningkatkan kesadaran tentang keselamatan
kerja.
11. Meningkatkan pengendalian dan pengurangan biaya.
5. Reliabilitas,
atau keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian
alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama (tes
dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang
lebih subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip
(reliabilitas antar penilai).
Cara meningkatkan:
·
Mengonsep satu variabel dengan
jelas. Setiap pengukuran harus
merujuk pada satu dan hanya satu konsep/variabel. Sebuah variabel harus
spesifik agar dapat mengurangi intervensi informasi
dari variabel lain.
·
Menggunakan level pengukuran
yang tepat. Semakin tinggi atau semakin tepat suatu level pengukuran, maka
variabel yang dibuat akan semakin reliabel karena informasi yang dimiliki
semakin mendetail. Prinsip dasarnya adalah cobalah melakukan pengukuran pada
level paling tepat yang mungkin diperoleh.
·
Gunakan lebih dari satu
indikator. Dengan adanya lebih dari satu indikator yang spesifik,
peneliti dapat melakukan pengukuran dari range yang lebih luas terhadap konten
definisi konseptual.
·
Gunakan Tes Pilot,
yakni dengan membuat satu atau lebih draft atau dalam sebuah pengukuran sebelum
menuju ke tahap hipotesis (pretest). Dalam
penggunaan Pilot Studies, prinsipnya adalah mereplikasi pengukuran yang pernah
dilakukan oleh peneliti terdahulu
dari literatur-literatur yang berkaitan. Selanjutnya , pengukuran
terdahulu dapat dipergunakan sebagai patokan dari pengukuran yang dilakukan
peneliti saat ini. Kualitas pengukuran dapat ditingkatkan dengan berbagai
cara sejauh definisi dan pemahaman yang
digunakan oleh peneliti kemudian tetap sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar