Minggu, 06 Januari 2013

Kunci Jawaban Soal Teori Turnamen MOL


SOAL B
1.    Keiretsu  adalah  sebuah  istilah  bahasa  Jepang  untuk menggambarkan para pemasok yang menjadi bagian dari sebuah perusahaan.
2.    Model probabilistik adalah model statistik yang berlaku saat permintaan produk atau variabel lain yang tidak diketahui

3.    Input MRP
Input yang dibutuhkan dalam konsep MRP, yaitu sebagai berikut :
a.    Master Production Schedule, merupakan ringkasan skedul produksi produk jadi untuk periode mendatang yang dirancang berdasarkan pesanan pelanggan atau peramalan permintaan. JIP berisi perencanaan secara mendetail mengenai jumlah produksi yang dibutuhkan untuk setiap produk akhir beserta periode waktunya untuk suatu jangka perencanaan dengan memperhatikan kapasitas yang tersedia. Sistem MRP mengasumsikan bahwa pesanan yang dicatat dalam JIP adalah pasti, kendatipun hanya merupakan peramalan.
b.    Inventory Master File atau Inventory Status Record, merupakan catatan keadaan persediaan yang menggambarkan status semua item yang ada dalam persediaan yang berkaitan dengan:
·         Jumlah persediaan yang dimiliki pada setiap periode (on hand inventory).
·         Jumlah barang yang sedang dipesan dan kapan pesanan tersebut akan datang (on order inventory).
·         Lead time dari setiap bahan.
c.    Bill Of Material, merupakan kaitan antara produk dengan komponen penyusunnya yang memberikan informasi mengenai daftar komponen, campuran bahan dan bahan baku yang diperlukan untuk membuat produk. BOM juga memberikan deskripsi, penjelasan dan kuantitas dari setiap bahan baku yang diperlukan untuk membuat satu unit produk.

4.    Variasi proses produksi:
·         Proses produksi terus-menerus
Proses produksi terus-menerus adalah proses produksi barang atas dasar aliran produk dari satu operasi ke operasi berikutnya tanpa penumpukan disuatu titik dalam proses. Pada umumnya industri yang cocok dengan tipe ini adalah yang memiliki karakteristik yaitu output direncanakan dalam jumlah besar, variasi atau jenis produk yang dihasilkan rendah dan produk bersifat standar.
·         Proses produksi terputus-putus
Produk diproses dalam kumpulan produk bukan atas dasar aliran terus-menerus dalam proses produk ini. Perusahaan yang menggunakan tipe ini biasanya terdapat sekumpulan atau lebih komponen yang akan diproses atau menunggu untuk diproses, sehingga lebih banyak memerlukan persediaan barang dalam proses.
5.    MTBF (Mean Time Between Failure)  yang  menunjukkan tentang seberapa handalnya peralatan / mesin operasi dalam menghasilkan produk, yang dilihat dari waktu rata-rata peralatan/mesin itu akan berfungsi mulai dari satu repair/kerusakan sampai ke repair/kerusakan berikutnya.
Salah satu aspek mutu yang kita kenal adalah "kehandalan". Arti "Kehandalan" adalah suatu produk dapat digunakan/berfungsi dengan baik selama periode waktu tertentu tanpa mengalami kerusakan. Misalnya bagian R&D perusahaan bola lampu melakukan suatu pengujian terhadap kehandalan 100 buah bola lampu hasil produksi, dari hasil pengujian 90 buah bola lampu menyala selama 1000 jam dan 10 buah bola lampu mengalami kegagalan. Dari hasil pengujian ini dapat dikatakan bahwa bola lampu itu akan berfungsi/menyala rata-rata selama kurang lebih 1000 jam. Rata-rata kerusakan bola lampu dari satu kerusakan sampai kerusakan berikutnya dapat juga dikatakan sebagai Mean Time Between Filure (MTBF). Semakin lama MTBF, semakin handal bola lampu itu, Semakin handal bola lampu itu berarti semakin BERKUALITAS.

Berdasarkan kasus diatas penggunaan indek MTBF sebenarnya tidak hanya dipakai pada saat implementasi TPM saja yaitu untuk melihat kehandalan suatu peralatan/mesin, tapi dapat juga digunakan untuk melihat kehandalan/kulitas suatu produk.
Indek MTBF bukan hanya dimanfaatkan oleh bagian Maintenance saja tetapi dapat juga dimanfaatkan oleh bagian yang lain.

Misalnya bila suatu spare part mesin dikatakan MTBF nya 10.000 km, apa yang harus dilakukan oleh bagian perencanaan produksi ? apa yang harus dilakukan oleh bagian maintenance ? Apa yang harus dilakukan oleh bagian Persediaan ? Apa yang harus dilakukan oleh bagian Pembelian ? Pertanyaan-pertanyaan ini dapat mengungkapkan apa arti dari indek MTBF.

Suatu indek tidak akan berarti apabila kita sebagai penggunanya tidak tahu apa saja maksud-maksud yang tergantung didalam indek itu. Sehingga kita akan membiarkan informasi itu berlalu tanpa melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan. Apa yang akan terjadi selanjutnya ? Kerugian bagi perusahaanlah yang akan muncul silih berganti akibat dari kualitas yang dihasilkannya rendah, penurunan hasil produksi, kerusakan-kerusakan mesin, biaya spare part yang tinggi dan lain sebagainya.




SOAL A
1.    Perbedaan Keiretsu dan Integrasi Vertikal
·         Integrasi vertikal (vertical integration).
Integrasi vertikal (vertical integration) berarti mengembangkan kemampuan untuk memproduksi barang atau jasa yang sebelumnya dibeli atau membeli perusahaan pemasok atau distributor.
·         Jaringan Keiretsu (Keiretsu networks).
Keiretsu  adalah  sebuah  istilah  bahasa  Jepang  untuk menggambarkan para pemasok yang menjadi bagian dari sebuah perusahaan.
2.    Service level mempunyai pengertian tingkat pemenuhan atas permintaan produk, dimana semakin tinggi tingkat pemenuhan berarti semakin tinggi service level yang dicapai oleh perusahaan. Adapun pada umumnya untuk mendapatkan  service level yang tinggi harus disertai dengan tingkat persediaan yang tinggi pula
3.    Proses MRP
Langkah–langkah dasar dalam penyusunan MRP, yaitu antara lain:
Netting, yaitu proses perhitungan jumlah kebutuhan bersih untuk setiap periode selama horison perencanaan yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan jadwal penerimaan persediaan dan persediaan awal yang tersedia.
Lotting, yaitu penentuan besarnya ukuran jumlah pesanan (lot size) yang optimal untuk sebuah item berdasarkan kebutuhan bersih yang dihasilkan.
Offsetting, yaitu proses yang bertujuan untuk menentukan saat yang tepat melaksanakan rencana pemesanan dalam pemenuhan kebutuhan bersih. Penentuan rencana saat pemesanan ini diperoleh dengan cara mengurangkan kebutuhan bersih yang harus tersedia dengan waktu ancang-ancang (lead time).
Exploding, merupakan proses perhitungan dari ketiga langkah sebelumnya yaitu netting, lotting dan offsetting yang dilakukan untuk komponen atau item yang berada pada level dibawahnya berdasarkan atas rencana pemesanan.
4.    Quality Control Circle adalah sejumlah karyawan terdiri dari 3-7 orang dengan pekerjaan yang sejenis yang bertemu secara berkala untuk membahas dan memecahkan masalah-masalah pekerjaan dan lingkungannya dengan tujuan meningkatkan mutu usaha dengan menggunakan perangkat kendali mutu
Tujuan Umum QCC
1. Meningkatkan keterlibatan karyawan anggota pada persoalan-persoalan pekerjaan dan paya pemecahannya.
2. Menggalang kerjasama kelompok (teamwork) yang lebih efektif.
3. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.
4. Meningkatkan pengembangan pribadi dan kepemimpinan.
5. Menanamkan kesadaran tentang pencegahan masalah.
6. Mengurangi kesalahan-kesalahan dan meningkatkan mutu kerja.
7. Meningkatkan motivasi karyawan.
8. Meningkatkan komunikasi dalam kelompok.
9. Menciptakan hubungan atasan-bawahan yang lebih serasi.
10. Meningkatkan kesadaran tentang keselamatan kerja.
11. Meningkatkan pengendalian dan pengurangan biaya.
5.    Reliabilitas, atau keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama (tes dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang lebih subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip (reliabilitas antar penilai).
Cara meningkatkan:
·         Mengonsep satu variabel dengan jelas. Setiap pengukuran harus merujuk pada satu dan hanya satu konsep/variabel. Sebuah variabel harus spesifik agar dapat mengurangi intervensi informasi dari variabel lain.
·         Menggunakan level pengukuran yang tepat. Semakin tinggi atau semakin tepat suatu level pengukuran, maka variabel yang dibuat akan semakin reliabel karena informasi yang dimiliki semakin mendetail. Prinsip dasarnya adalah cobalah melakukan pengukuran pada level paling tepat yang mungkin diperoleh.
·         Gunakan lebih dari satu indikator. Dengan adanya lebih dari satu indikator yang spesifik, peneliti dapat melakukan pengukuran dari range yang lebih luas terhadap konten definisi konseptual.
·         Gunakan Tes Pilot, yakni dengan membuat satu atau lebih draft atau dalam sebuah pengukuran sebelum menuju ke tahap hipotesis (pretest). Dalam penggunaan Pilot Studies, prinsipnya adalah mereplikasi pengukuran yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu dari literatur-literatur yang berkaitan. Selanjutnya , pengukuran terdahulu dapat dipergunakan sebagai patokan dari pengukuran yang dilakukan peneliti saat ini. Kualitas pengukuran dapat ditingkatkan dengan berbagai cara sejauh definisi dan pemahaman yang digunakan oleh peneliti kemudian tetap sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar